Viral ❗️Pasangan Suami Istri TKI di Jepang, M3ningg4l Dunia Usai Konsumsi Kentang Bertunas
Tokyo, Jepang – Kabar duka datang dari Negeri Sakura. Sepasang suami istri Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang bekerja di Prefektur Yamagata, Jepang, dilaporkan meninggal dunia secara tragis setelah diduga mengalami keracunan makanan. Penyebabnya mengejutkan: konsumsi kentang bertunas yang telah lama disimpan di tempat tinggal mereka.
Peristiwa ini menjadi viral di media sosial, terutama di kalangan diaspora Indonesia di Jepang, setelah sesama TKI yang tinggal satu kawasan mengunggah kisah tersebut melalui platform Facebook dan Instagram. Banyak netizen mengekspresikan keprihatinan, sekaligus mempertanyakan keamanan pangan dan pengetahuan dasar mengenai racun alami pada sayuran.
Kronologi Kejadian
Menurut laporan awal dari otoritas setempat, pasangan suami istri berinisial D (35 tahun) dan N (33 tahun), yang telah bekerja di Jepang selama lebih dari dua tahun, ditemukan dalam kondisi tidak sadarkan diri di apartemen mereka pada Minggu pagi (1/6). Tetangga mereka yang juga warga negara Indonesia merasa curiga karena keduanya tidak terlihat selama dua hari dan tidak merespons pesan maupun panggilan telepon.
Setelah berhasil masuk ke dalam unit apartemen dengan bantuan pihak berwenang, keduanya ditemukan tergeletak di ruang makan dengan kondisi makanan masih tersisa di meja. Ambulans segera dikerahkan, namun sayangnya, D dan N dinyatakan meninggal dunia di rumah sakit setempat tak lama setelah tiba.
Investigasi awal menunjukkan bahwa pasangan tersebut kemungkinan besar mengalami keracunan solanin, zat beracun alami yang terkandung dalam kentang yang sudah bertunas dan berubah warna kehijauan.
Apa Itu Solanin?
Solanin adalah senyawa glikoalkaloid yang secara alami diproduksi oleh tanaman jenis nightshade, seperti kentang, untuk melindungi diri dari hama. Dalam jumlah kecil, solanin umumnya tidak berbahaya bagi manusia. Namun, jika kentang disimpan terlalu lama, apalagi dalam kondisi hangat dan terang, maka senyawa ini dapat meningkat secara signifikan, terutama di bagian kulit dan tunas.
Konsumsi solanin dalam jumlah tinggi dapat menyebabkan gejala serius, mulai dari mual, muntah, diare, sakit kepala, hingga gangguan sistem saraf. Dalam kasus ekstrem, seperti yang diduga menimpa D dan N, keracunan solanin dapat berujung pada kematian.
"Solanin tidak bisa dihancurkan hanya dengan proses pemanasan biasa seperti merebus atau menggoreng," kata Dr. Satoshi Yamane, ahli toksikologi pangan dari Universitas Kyoto. “Masyarakat harus waspada terhadap perubahan warna dan kondisi fisik pada kentang sebelum dikonsumsi.”
Hidup Hemat Berujung Tragis
Menurut pengakuan beberapa rekan kerja korban, pasangan D dan N dikenal hidup hemat dan jarang membeli bahan makanan segar. Mereka kerap menyimpan sayuran dalam jumlah besar untuk menghemat pengeluaran, mengingat biaya hidup di Jepang yang cukup tinggi.
“Kadang mereka masak makanan dari bahan yang sudah disimpan lebih dari sebulan. Kami pernah memperingatkan agar jangan menyimpan kentang terlalu lama, apalagi kalau sudah bertunas,” ujar Rina, seorang TKI yang tinggal di apartemen yang sama.
Sayangnya, kebiasaan menyimpan bahan makanan lama ini justru menjadi bumerang. Diduga, kentang yang dikonsumsi sudah dalam kondisi tidak layak

Posting Komentar